PENGUMUMAN NOMINASI 50 KARYA TERBAIK LOMBA MENULIS PUISI FMB 2025

GUNUNG RINGGIT DALAM FATAMORGANA
oleh : Abdul Mun’em Choiri
Kabut tipis memeluk lereng hijau
Menyulam fajar di desa Klatakan
Ombak pantai berbisik lirih merayu
Mengantar pagi dalam damai tenang
.....

KONSTELASI SEBELUM MAGRIB
oleh : Abdul Rohman
di kaki bukit, tak terlukis langit,
tubuh matahari
belum bangkit. basah rerumput
penuh sayup nada minor
dari serangga
seperti orkestra tanpa pengaba-aba.
.......

SAAT BUMI MENGAJAR
oleh : Adnan Mahbub. A
Tak ada papan tulis di ladang itu,
hanya jejak-jejak lumpur di kaki petani.
Namun dari sana aku belajar diam-diam,
bahwa rezeki tumbuh dari sabar yang panjang.
.....

NYANYIAN LURUH DI AMBANG LUMBUNG
oleh : Adyaksa Wahyu Dyatmika
Subuh membuka lipatan kabut di pematang,
embun jatuh seperti rahasia
yang tak selesai diucapkan malam.
.....

GUGUR GUNUNG DI TANAH BUYUT CUNGKING
oleh : Agrus Riyan
Pagi ini kau mengecup suam
Mentari memeluk gigil pelatar hangat Limasan¹
Di mana lampau kaki mungilmu bertapak melakoni Thetak²
Tanganmu segadang harap melarung peradaban
.....

WARIKE’O: JIWA YANG HIDUP
oleh : Alfianus Ruba
Di punggung bukit Bajawa, tempat angin berteduh,  
Ada bisik-bisik dari desa Warike’o yang kukuh.
Di antara nafas gunung dan kabut yang memutih,
Terlukis sejarah, diukir oleh tangan yang gigih.
.....

DI PAGAI, KAMI BELAJAR DARI HUTAN
oleh : Arifaldi Kurniawan
Kita tidak diajari oleh buku,
tapi oleh air sungai yang tak pernah melawan batu.
Oleh akar-akar yang tak kelihatan
tapi menghidupkan jiwa pohon-pohon tinggi.
.....

ELEGI LADANG
oleh : Arsy Fujiani Adha
Di pundak sawah, aku duduk.
Padi menasihatiku dengan suara ibu
pelan, berulang-ulang,
seperti doa yang lupa dikirimkan.
.....

TANAH YANG MENGHAFAL NAMAKU
oleh : Arta Dwi Putri Br Pasaribu
Di lembah sunyi, tempat matahari menanak pagi
Aku belajar mengeja hidup dari daun kelapa
Yang melambai seperti tangan ibu di kala senja
Meninabobokan cemas dalam ayunan cahaya
.....

MENCINTAI DALAM 50 HARI
oleh : Auranita Gibrani Darmawan
Waktu itu akhir bulan Juni
Hamparan rawa menatapku pertama kali
Panasnya menembus semua lapisan
Tangan terlentang menyambut hawa pekat
Aroma amis nan segar bersangkar
.....

BELAJAR “HIDUP” DARI ALAM
oleh : Chesa Aulia Denova
Gadis dengan seragam putih-abu itu
yang selalu singgah dengan buku di genggamannya
bukan ke perpustakaan berdinding dingin
melainkan setia melangkah ke gubuk reyot di tengah sawah sepulang sekolah,
tempat di mana angin yang membaca lebih dulu lembar demi lembar
dan obrolan hangat petani menggantikan lonceng kelasnya
.....

TANAH YANG MERINDUKAN AKAR
oleh : Desi Suryani
Aku pernah jatuh cinta
pada langit negeri seberang—
yang katanya birunya lebih tenang,
anginnya lebih sopan, dan rakyatnya berjalan rapi tanpa bunyi.
.....

AMSAL IKAN-IKAN YANG KEMBALI KEPADA HULU
oleh : Devy Rianita Hanifah
“Sebermulanya, kita adalah ikan-ikan
yang terlampau kalut mencari muara
namun, tak pernah benar-benar khatam membaca hulu.”
.....

RAMPAK
oleh : Elizabeth
Kenang aroma harum dari negeri tropis; orang-orang suka
mengucap salam, makan dengan tangan kanan, serta memeluk
arwah nenek moyang.
.....

AURAT BENING DI UJUNG PALET
oleh : Erwina Hasibuan
siapa menakar biru
dari jantung bambu yang digurat pelukis malam?
ada irama lengkung di anyaman
serupa isyarat rembulan membelah daun lontar
siapa memintal bening
dari ranting bakau yang dicecap senja?
.....

HALAMAN BELAKANG MADURA
oleh : Fadlillah
tubuh
order sosial
rumah ingatan.

api yang tidak pernah
membakar kamus
purba
abad, memorabilia—
sense of history.
.....

SATU TUBUH SERIBU TANGAN
oleh : Faezal Muhamad Nur
Kita memang pohon-pohon yang harus bertahan dan bertumbuh
Namun akar-akar kita terjalin, merambat dalam satu tanah yang sama.
Terbentuklah satu tubuh dengan seribu tangan yang bergerak.
.....

PETUAH BAPAK
oleh : Ica Marisa Agustiani
Di balik kemegahan gunung yang menyembah langit,
terhampar permadani hijau sawah tak bertepi,
tempat para pejuang menanam mimpi dari akar bumi.
.....

NYANYIAN DI UJUNG GALAH
oleh : Indri Anggraeni
Di kaki bukit, pagi menanak embun
pada pucuk daun kelapa
melambai pelan, sementara angin menyusun syair
di sela sengkedan—
suara alam, lirih tapi pasti,
mengajari kita cara bersyukur tanpa terukur.
.....

DESA YANG BERDENYUT DALAM NAPAS KOTA
oleh : Inez Syawalytrie Favourita
Tatkala suatu pagi datang dengan wajah yang asing,
dari jendela kaca, seseorang memandang keluar
Kabut tipis yang terbentuk bukanlah embun,
melainkan asap yang bercampur dengan lampu jalan
Udara terasa berat: anggap ia lupa,
bagaimana cara menyapa dengan damai
:di balik riuh pagi, timbul rindu pada yang jauh tersimpan
.....

TAK INGATKAH DIKAU
oleh : Jasmin Putri Hanifah
Tak ingatkah dikau?
Tatkala senja menepi
Tanah pasundan hijau disinari
Nafas nenek moyang di kota padi
Syair angklung menguapkan udara kawan
.....

DI BAWAH LANGIT YANG TAK PERNAH LUPA
oleh : Karina Lestari
Di bawah langit yang tak pernah lupa,
Aku berteman dengan suara embun,
Ia menyapa daun-daun pagi,
.....

SUARA YANG TERSIMPAN DI DINDING DESA
oleh : Keisha Natania
Di sini,
desa bukan sekadar tanah,
ia bernafas dalam desir angin,
berbisik lewat retakan bambu tua,
dan mengingatkan:
“Aku hidup, meski kau sering lupa.”
.....

MENGARAK SENANDUNG LEMBAH DI KIDUNG METROPOLIS
oleh : M Irham Maolana
barangkali, tak ada yang lebih purba dari gemerincing embun di pucuk ilalang
tatkala kokok ayam menyalak fajar serupa kidung arkais yang tak lekang—
meski dentum metropolitan mengaum memecah cakrawala;
.....

LALU SEMUSIM LAGI.
oleh : M Rafii Syihab
sebuah lagu mengalun dari radio tua, di rumah kayu itu, menyalaki kabut basah
daun-daun di sepanjang pinggiran huma tanam pindah. pagi biru. hijau memanjang
dari hilir ke hulu. bulan beralih dari sembilan kesepuluh seperti lesap sayap capung-
kasasiur di tepi muara sungai.
.....

GONDANGMANIS: KANVAS ADIRATNA SEJARAH
oleh : Maulana Achmad Zaenal.
Kepul dupa sejarah sepekat bara kompeni—
Utara Jawa tak bertameng rahayu.
Raden Datuk Singoproyo mengacungkan keris
Perlawanan berkobar dan bernada seiras;
“Mati siji mati kabeh, Mukti siji mukti kabeh!”
.....

KETIKA MATAHARI BERTEDUH DI SAWAH
oleh : Mochammad Alfian Dwi Bhaihaqi
Ketika matahari berteduh di sawah Sidoarjo, 
Langit jingga memantul di tambak bandeng yang tenang,
Petani pulang menuntun sepeda tua berkeranjang jerami,
Sambil menyapa: “Cak, wis wayahe ngaso, rek.”
.....

CATATAN PELAN DARI DESA YANG DIANGGAP TERLALU SEPI UNTUK DIINGAT
oleh : Mudri
Kami masih menyebutnya desa. Meski alamatnya kini tertulis “kelurahan” dan tukang pos sering nyasar karena plang nama jalan berubah jadi merek perumahan.
Kami masih menyimpan lesung tua di teras, meski anak-anak sudah tak tahu cara menumbuk beras dengan ritme yang diwariskan.
.....

YANG MENGALIR DARI IKAN-IKAN DAN INGATAN
oleh : Muh. Nasrul Evendi
Desa itu, Ibu, tumbuh dari gigil kakimu menumbuk pagi—beras dan doa di lesung yang sunyi. Segalanya dimulai dari embun yang enggan mengering di daun talas, sebelum matahari dibunyikan ayam jantan dan suara paruh menggali sisa-sisa subuh dalam tanah warisan. Kami pun berangkat, menyusuri jalan setapak yang menua bersama sagu di lutut anak-anak.
.....

ALAM DAN RITMENYA PADA NADIKU
oleh : Muhamad Nur Maulana Aqsan
Pernah ada musim ketika cahaya berdiam di nadiku,
seakan langit singgah sebentar dalam tubuhku.
Gaung sukacita menempel,
dan esok lahir dari nada yang sama.
.....

TEDUH YANG MENYAPA
oleh :Muhamad Nuril Khasyi’in
Aku bersandar pada hijau yang tak pernah letih,
ia menampung resahku dengan kelembutan abadi,
menjadi lengan tak terlihat
yang tak pernah menolak pelukan.
.....

DI SEBUAH PAMERAN FOTO 2045
oleh :Muhammad Dava Arrifa
Di muka pintu yang malu
Terpampang foto monokrom
Menampakkan potret petani
Sehabis menanam kebahagiaan di sawah
Senyum yang gagal dipanen kemarin
Masih menempel di sela-sela lesungnya
.....

ELEGI BALEKAMBANG: ZIARAH DI TEPI SENJA
oleh : Muhammad Ichsan Bahrul Wakhid
Di Balekambang, pasir memeluk tapak waktu
seperti karang yang menyimpan rahasia arus.
Senja jatuh perlahan—
lampu langit berpendar keemasan
seakan menyalakan altar di cakrawala.
.....

DI SUATU KAMPUNG
oleh : Muhammad Ikhsan
ia duduk di atas pohon mangga
milik seorang tetangga yang tak
jelas siapa dia, sebab tetangga itu
konon katanya hanya akan pulang
ketika unggas tak lagi memakan
padinya di sawah.
.....

TEMBI: ARSIP TUBUH TANAH KEMUJURAN
oleh : Muhammad Iqbal Khoironnahya
dalam kolase ingatan,
Tembi ialah arsip tubuh tanah kemujuran
yang menggelar tuah;
mewariskan pusaka tanah Mataram
& menghidupkan kembali jasad kenangan yang terandam.
.....

BERTUMBUH SEPANJANG JALAN MENUJU LUMBUNG RINDU
oleh : Mulyono Ardiansyah
di pematang yang menua
angin berbisik tentang perjalanan
lalu langkahku memburu waktu.
sawah membisu
matanya basah
menjaga setiap jejak yang kutabur
.....

TUBUHKU; ILALANG PALING JENUH
oleh : Nabila Yusefania
Atas nama gunung yang meletus
aku melahirkan ayat-ayat bahwa deru angin adalah belaian-Mu
Atas nama air bening yang mengawini sungai
aku mengecup alam bahwa pada tanah-Mu aku dibentuk
Atas nama awan yang menikahi langit
aku mendesah bahwa bumi tak beratap
.....

SURAT DARI TANAH YANG DILUPAKAN
oleh : Nadira Pragnya Larasati
Sawah kini bicara lewat bayang-bayang,
mencari tawa kecil yang dulu tinggal di batang.
Burung randu bersedih di ujung pagi-
Kemana langkah mungil yang dulu menamai kami?
.....

SUARA DARI PEMATANG SAWAH
oleh : Nur Syifa Aini
Dari pematang sawah terdengar bisikan,
bukan dari manusia, tapi bumi yang bercerita pelan.
Tentang embun yang selalu tepat waktu,
dan burung-burung yang setia pulang tanpa ragu.
.....

SIMFONI MEGAH ANTARA TANAH DAN JIWA
oleh : Raul J. Firmansyah
Embun pagi menetes bagai mutiara rahasia,
menyulam ilalang dengan doa tak bersuara.
Di balik bisik sunyi, aku menangkap gema purba,
seakan tanah berkata: kembalilah, aku rahim pertama.
.....

DI ATAS ANYAMAN RUMBIA
oleh : Rayhan Fathan Amanulloh
Kita duduk di batang kayu lapuk
Menatap langit yang dicoret awan
oleh jemari angin
.....

PASOLA, PADANG DEWA
oleh : Rozaqi Gumilang
Udara kering Sumba yang mengisi jiwa,
juga aroma kuda—keringat dan kulit yang menyatu dengan bau tanah retak,
ku genggam dengan ibu jari yang merekah.
.....

LANGIT TUMBUH DI TELAPAK KAKI
oleh : Santi Puspita Ningrum
Di jalan tanah yang retak-retak
Aku belajar membaca musim dari suara daun jati gugur
Mengeja sunyi lewat desir ilalang
Dan berdamai dengan peluh yang menyatu dengan bau tanah basah
.....

MEMBIARKAN KEABADIAN BEKERJA PADA INGATAN
oleh : Sarirotul Ishmah
Kalau ada pengantar tidur yang lebih gema dari koor keluarga kodok dan puisi kasih
para jangkrik
barangkali itu kamu menyalin ingatanmu,
tentang nasi rantang dan segaris pematang
Dari empat arah mata angin, suar aroma ayam ketumbar ditukar
aroma melati yang demikian patuh pada musim
.....

BERTEDUH DI PELUKAN ALAM DESA
oleh : Serlina Januarsih
Ada waktu yang tak diukur jam,
Ketika pagi menggenggam dingin dan embun
Lalu meletakkannya pelan di pundakku,
Seperti ibu yang diam-diam menyelimuti anaknya
Dengan doa tanpa suara.
.....

HIKAYAT ARAT SABULUNGAN
oleh : Vania Kharizma Satriawan
di tanah para pitarah Monganpoula, aku dan ina bersua manzil doa, 
yang tak kuasa dinukilkan dawat pun tanbihat belaka, selain pada berkelun pawana,
nun sabulungan bersetia mengijabah.
.....

KITAB NIRA DAN BUMI
oleh : Varian Khasira Janitra
Kabut pagi membungkus mahkota enau,
selimut sutra yang terbuka perlahan di ujung subuh.
Penyadap datang membawa bumbung bambu penuh rindu,
menadah air mata bumi yang jernih
permata cair yang rela terlepas dari pelukan dahan,
menyuburi tanah-tanah yang merintih kehausan.
.....

KELIMA, KUINGAT DIA
oleh : Varra Rosantya Putri Leandyc
Lima belas lewat lima,
Kubungkus penat yang kurasa
Menghela saja tak cukup rasanya
Ah.. pulanglah, benak berkata
.....

NARMADA
oleh : Yandika Yuda Bagas Alam
Ketika melihat Narmada.
Aku melihat bagaimana Tuhan mencinta
di degup stomata,
di kalis tirta,
di upeksha sejarah,
disela-sela bumi merahimkan amarah.
.....

MEMAYU SITI
oleh : Yesrun Eka Setyobudi
Ibu, pagi ini kembali kuusap kerut di wajahmu
dengan ujung cangkulku yang tumpul.
Bukan untuk melukai, bukan untuk menaklukkan,
tapi untuk membisikkan doa,
untuk melonggarkan pori-porimu yang sesak oleh rindu.
.....

1 thought on “PENGUMUMAN NOMINASI 50 KARYA TERBAIK LOMBA MENULIS PUISI FMB 2025”

Leave a Reply to Alfianus Ruba Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top