Dari bait pertama, lahirlah karya-karya yang menyentuh hati. Berikut adalah 50 karya terbaik yang berhasil masuk nominasi, beserta penggalan awal puisinya:
GUNUNG RINGGIT DALAM FATAMORGANA oleh : Abdul Mun’em Choiri
Kabut tipis memeluk lereng hijau Menyulam fajar di desa Klatakan Ombak pantai berbisik lirih merayu Mengantar pagi dalam damai tenang .....
KONSTELASI SEBELUM MAGRIB oleh : Abdul Rohman
di kaki bukit, tak terlukis langit, tubuh matahari belum bangkit. basah rerumput penuh sayup nada minor dari serangga seperti orkestra tanpa pengaba-aba. .......
SAAT BUMI MENGAJAR oleh : Adnan Mahbub. A
Tak ada papan tulis di ladang itu, hanya jejak-jejak lumpur di kaki petani. Namun dari sana aku belajar diam-diam, bahwa rezeki tumbuh dari sabar yang panjang. .....
NYANYIAN LURUH DI AMBANG LUMBUNG oleh : Adyaksa Wahyu Dyatmika
Subuh membuka lipatan kabut di pematang, embun jatuh seperti rahasia yang tak selesai diucapkan malam. .....
GUGUR GUNUNG DI TANAH BUYUT CUNGKING oleh : Agrus Riyan
Pagi ini kau mengecup suam Mentari memeluk gigil pelatar hangat Limasan¹ Di mana lampau kaki mungilmu bertapak melakoni Thetak² Tanganmu segadang harap melarung peradaban .....
WARIKE’O: JIWA YANG HIDUP oleh : Alfianus Ruba
Di punggung bukit Bajawa, tempat angin berteduh, Ada bisik-bisik dari desa Warike’o yang kukuh. Di antara nafas gunung dan kabut yang memutih, Terlukis sejarah, diukir oleh tangan yang gigih. .....
DI PAGAI, KAMI BELAJAR DARI HUTAN oleh : Arifaldi Kurniawan
Kita tidak diajari oleh buku, tapi oleh air sungai yang tak pernah melawan batu. Oleh akar-akar yang tak kelihatan tapi menghidupkan jiwa pohon-pohon tinggi. .....
ELEGI LADANG oleh : Arsy Fujiani Adha
Di pundak sawah, aku duduk. Padi menasihatiku dengan suara ibu pelan, berulang-ulang, seperti doa yang lupa dikirimkan. .....
TANAH YANG MENGHAFAL NAMAKU oleh : Arta Dwi Putri Br Pasaribu
Di lembah sunyi, tempat matahari menanak pagi Aku belajar mengeja hidup dari daun kelapa Yang melambai seperti tangan ibu di kala senja Meninabobokan cemas dalam ayunan cahaya .....
MENCINTAI DALAM 50 HARI oleh : Auranita Gibrani Darmawan
Waktu itu akhir bulan Juni Hamparan rawa menatapku pertama kali Panasnya menembus semua lapisan Tangan terlentang menyambut hawa pekat Aroma amis nan segar bersangkar .....
BELAJAR “HIDUP” DARI ALAM oleh : Chesa Aulia Denova
Gadis dengan seragam putih-abu itu yang selalu singgah dengan buku di genggamannya bukan ke perpustakaan berdinding dingin melainkan setia melangkah ke gubuk reyot di tengah sawah sepulang sekolah, tempat di mana angin yang membaca lebih dulu lembar demi lembar dan obrolan hangat petani menggantikan lonceng kelasnya .....
TANAH YANG MERINDUKAN AKAR oleh : Desi Suryani
Aku pernah jatuh cinta pada langit negeri seberang— yang katanya birunya lebih tenang, anginnya lebih sopan, dan rakyatnya berjalan rapi tanpa bunyi. .....
AMSAL IKAN-IKAN YANG KEMBALI KEPADA HULU oleh : Devy Rianita Hanifah
“Sebermulanya, kita adalah ikan-ikan yang terlampau kalut mencari muara namun, tak pernah benar-benar khatam membaca hulu.” .....
RAMPAK oleh : Elizabeth
Kenang aroma harum dari negeri tropis; orang-orang suka mengucap salam, makan dengan tangan kanan, serta memeluk arwah nenek moyang. .....
AURAT BENING DI UJUNG PALET oleh : Erwina Hasibuan
siapa menakar biru dari jantung bambu yang digurat pelukis malam? ada irama lengkung di anyaman serupa isyarat rembulan membelah daun lontar siapa memintal bening dari ranting bakau yang dicecap senja? .....
HALAMANBELAKANGMADURA oleh : Fadlillah
tubuh order sosial rumah ingatan.
api yang tidak pernah membakar kamus purba abad, memorabilia— sense of history. .....
SATU TUBUH SERIBU TANGAN oleh : Faezal Muhamad Nur
Kita memang pohon-pohon yang harus bertahan dan bertumbuh Namun akar-akar kita terjalin, merambat dalam satu tanah yang sama. Terbentuklah satu tubuh dengan seribu tangan yang bergerak. .....
PETUAH BAPAK oleh : Ica Marisa Agustiani
Di balik kemegahan gunung yang menyembah langit, terhampar permadani hijau sawah tak bertepi, tempat para pejuang menanam mimpi dari akar bumi. .....
NYANYIAN DI UJUNG GALAH oleh : Indri Anggraeni
Di kaki bukit, pagi menanak embun pada pucuk daun kelapa melambai pelan, sementara angin menyusun syair di sela sengkedan— suara alam, lirih tapi pasti, mengajari kita cara bersyukur tanpa terukur. .....
DESA YANG BERDENYUT DALAM NAPAS KOTA oleh : Inez Syawalytrie Favourita
Tatkala suatu pagi datang dengan wajah yang asing, dari jendela kaca, seseorang memandang keluar Kabut tipis yang terbentuk bukanlah embun, melainkan asap yang bercampur dengan lampu jalan Udara terasa berat: anggap ia lupa, bagaimana cara menyapa dengan damai :di balik riuh pagi, timbul rindu pada yang jauh tersimpan .....
TAK INGATKAH DIKAU oleh : Jasmin Putri Hanifah
Tak ingatkah dikau? Tatkala senja menepi Tanah pasundan hijau disinari Nafas nenek moyang di kota padi Syair angklung menguapkan udara kawan .....
DI BAWAH LANGIT YANG TAK PERNAH LUPA oleh : Karina Lestari
Di bawah langit yang tak pernah lupa, Aku berteman dengan suara embun, Ia menyapa daun-daun pagi, .....
SUARA YANG TERSIMPAN DI DINDING DESA oleh : Keisha Natania
Di sini, desa bukan sekadar tanah, ia bernafas dalam desir angin, berbisik lewat retakan bambu tua, dan mengingatkan: “Aku hidup, meski kau sering lupa.” .....
MENGARAK SENANDUNG LEMBAH DI KIDUNG METROPOLIS oleh : M Irham Maolana
barangkali, tak ada yang lebih purba dari gemerincing embun di pucuk ilalang tatkala kokok ayam menyalak fajar serupa kidung arkais yang tak lekang— meski dentum metropolitan mengaum memecah cakrawala; .....
LALU SEMUSIM LAGI. oleh : M Rafii Syihab
sebuah lagu mengalun dari radio tua, di rumah kayu itu, menyalaki kabut basah daun-daun di sepanjang pinggiran huma tanam pindah. pagi biru. hijau memanjang dari hilir ke hulu. bulan beralih dari sembilan kesepuluh seperti lesap sayap capung- kasasiur di tepi muara sungai. .....
GONDANGMANIS: KANVAS ADIRATNA SEJARAH oleh : Maulana Achmad Zaenal.
Kepul dupa sejarah sepekat bara kompeni— Utara Jawa tak bertameng rahayu. Raden Datuk Singoproyo mengacungkan keris Perlawanan berkobar dan bernada seiras; “Mati siji mati kabeh, Mukti siji mukti kabeh!” .....
KETIKA MATAHARI BERTEDUH DI SAWAH oleh : Mochammad Alfian Dwi Bhaihaqi
Ketika matahari berteduh di sawah Sidoarjo, Langit jingga memantul di tambak bandeng yang tenang, Petani pulang menuntun sepeda tua berkeranjang jerami, Sambil menyapa: “Cak, wis wayahe ngaso, rek.” .....
CATATAN PELAN DARI DESAYANG DIANGGAP TERLALU SEPI UNTUK DIINGAT oleh : Mudri
Kami masih menyebutnya desa. Meski alamatnya kini tertulis “kelurahan” dan tukang pos sering nyasar karena plang nama jalan berubah jadi merek perumahan. Kami masih menyimpan lesung tua di teras, meski anak-anak sudah tak tahu cara menumbuk beras dengan ritme yang diwariskan. .....
YANG MENGALIR DARI IKAN-IKAN DAN INGATAN oleh : Muh. Nasrul Evendi
Desa itu, Ibu, tumbuh dari gigil kakimu menumbuk pagi—beras dan doa di lesung yang sunyi. Segalanya dimulai dari embun yang enggan mengering di daun talas, sebelum matahari dibunyikan ayam jantan dan suara paruh menggali sisa-sisa subuh dalam tanah warisan. Kami pun berangkat, menyusuri jalan setapak yang menua bersama sagu di lutut anak-anak. .....
ALAM DAN RITMENYA PADA NADIKU oleh : Muhamad Nur Maulana Aqsan
Pernah ada musim ketika cahaya berdiam di nadiku, seakan langit singgah sebentar dalam tubuhku. Gaung sukacita menempel, dan esok lahir dari nada yang sama. .....
TEDUH YANG MENYAPA oleh :Muhamad Nuril Khasyi’in
Aku bersandar pada hijau yang tak pernah letih, ia menampung resahku dengan kelembutan abadi, menjadi lengan tak terlihat yang tak pernah menolak pelukan. .....
DI SEBUAH PAMERAN FOTO 2045 oleh :Muhammad Dava Arrifa
Di muka pintu yang malu Terpampang foto monokrom Menampakkan potret petani Sehabis menanam kebahagiaan di sawah Senyum yang gagal dipanen kemarin Masih menempel di sela-sela lesungnya .....
ELEGI BALEKAMBANG: ZIARAH DI TEPI SENJA oleh : Muhammad Ichsan Bahrul Wakhid
Di Balekambang, pasir memeluk tapak waktu seperti karang yang menyimpan rahasia arus. Senja jatuh perlahan— lampu langit berpendar keemasan seakan menyalakan altar di cakrawala. .....
DI SUATU KAMPUNG oleh : Muhammad Ikhsan
ia duduk di atas pohon mangga milik seorang tetangga yang tak jelas siapa dia, sebab tetangga itu konon katanya hanya akan pulang ketika unggas tak lagi memakan padinya di sawah. .....
TEMBI: ARSIP TUBUH TANAH KEMUJURAN oleh : Muhammad Iqbal Khoironnahya
dalam kolase ingatan, Tembi ialah arsip tubuh tanah kemujuran yang menggelar tuah; mewariskan pusaka tanah Mataram & menghidupkan kembali jasad kenangan yang terandam. .....
BERTUMBUH SEPANJANG JALAN MENUJU LUMBUNG RINDU oleh : Mulyono Ardiansyah
di pematang yang menua angin berbisik tentang perjalanan lalu langkahku memburu waktu. sawah membisu matanya basah menjaga setiap jejak yang kutabur .....
TUBUHKU; ILALANG PALING JENUH oleh : Nabila Yusefania
Atas nama gunung yang meletus aku melahirkan ayat-ayat bahwa deru angin adalah belaian-Mu Atas nama air bening yang mengawini sungai aku mengecup alam bahwa pada tanah-Mu aku dibentuk Atas nama awan yang menikahi langit aku mendesah bahwa bumi tak beratap .....
SURAT DARI TANAH YANG DILUPAKAN oleh : Nadira Pragnya Larasati
Sawah kini bicara lewat bayang-bayang, mencari tawa kecil yang dulu tinggal di batang. Burung randu bersedih di ujung pagi- Kemana langkah mungil yang dulu menamai kami? .....
SUARA DARI PEMATANG SAWAH oleh : Nur Syifa Aini
Dari pematang sawah terdengar bisikan, bukan dari manusia, tapi bumi yang bercerita pelan. Tentang embun yang selalu tepat waktu, dan burung-burung yang setia pulang tanpa ragu. .....
SIMFONI MEGAH ANTARA TANAH DAN JIWA oleh : Raul J. Firmansyah
Embun pagi menetes bagai mutiara rahasia, menyulam ilalang dengan doa tak bersuara. Di balik bisik sunyi, aku menangkap gema purba, seakan tanah berkata: kembalilah, aku rahim pertama. .....
DI ATAS ANYAMAN RUMBIA oleh : Rayhan Fathan Amanulloh
Kita duduk di batang kayu lapuk Menatap langit yang dicoret awan oleh jemari angin .....
PASOLA, PADANG DEWA oleh : Rozaqi Gumilang
Udara kering Sumba yang mengisi jiwa, juga aroma kuda—keringat dan kulit yang menyatu dengan bau tanah retak, ku genggam dengan ibu jari yang merekah. .....
LANGIT TUMBUH DI TELAPAK KAKI oleh : Santi Puspita Ningrum
Di jalan tanah yang retak-retak Aku belajar membaca musim dari suara daun jati gugur Mengeja sunyi lewat desir ilalang Dan berdamai dengan peluh yang menyatu dengan bau tanah basah .....
MEMBIARKAN KEABADIAN BEKERJA PADA INGATAN oleh : Sarirotul Ishmah
Kalau ada pengantar tidur yang lebih gema dari koor keluarga kodok dan puisi kasih para jangkrik barangkali itu kamu menyalin ingatanmu, tentang nasi rantang dan segaris pematang Dari empat arah mata angin, suar aroma ayam ketumbar ditukar aroma melati yang demikian patuh pada musim .....
BERTEDUH DI PELUKAN ALAM DESA oleh : Serlina Januarsih
Ada waktu yang tak diukur jam, Ketika pagi menggenggam dingin dan embun Lalu meletakkannya pelan di pundakku, Seperti ibu yang diam-diam menyelimuti anaknya Dengan doa tanpa suara. .....
HIKAYAT ARAT SABULUNGAN oleh : Vania Kharizma Satriawan
di tanah para pitarah Monganpoula, aku dan ina bersua manzil doa, yang tak kuasa dinukilkan dawat pun tanbihat belaka, selain pada berkelun pawana, nun sabulungan bersetia mengijabah. .....
KITAB NIRA DAN BUMI oleh : Varian Khasira Janitra
Kabut pagi membungkus mahkota enau, selimut sutra yang terbuka perlahan di ujung subuh. Penyadap datang membawa bumbung bambu penuh rindu, menadah air mata bumi yang jernih permata cair yang rela terlepas dari pelukan dahan, menyuburi tanah-tanah yang merintih kehausan. .....
KELIMA, KUINGAT DIA oleh : Varra Rosantya Putri Leandyc
Lima belas lewat lima, Kubungkus penat yang kurasa Menghela saja tak cukup rasanya Ah.. pulanglah, benak berkata .....
NARMADA oleh : Yandika Yuda Bagas Alam
Ketika melihat Narmada. Aku melihat bagaimana Tuhan mencinta di degup stomata, di kalis tirta, di upeksha sejarah, disela-sela bumi merahimkan amarah. .....
MEMAYU SITI oleh : Yesrun Eka Setyobudi
Ibu, pagi ini kembali kuusap kerut di wajahmu dengan ujung cangkulku yang tumpul. Bukan untuk melukai, bukan untuk menaklukkan, tapi untuk membisikkan doa, untuk melonggarkan pori-porimu yang sesak oleh rindu. .....
Semoga semua kontestan dan yang menyelenggarakan perlombaan ini selalu dalam perlindungan Tuhan. Amin🙏