Umat Muslim menyembelih jutaan hewan setiap tahun sebagai bagian dari ibadah qurban. Tradisi ini membawa banyak manfaat: memperkuat solidaritas sosial, menumbuhkan kepedulian, dan menjalankan sunnah yang agung. Namun, krisis iklim global mendorong masyarakat untuk semakin mempertanyakan: bisakah qurban dilakukan dengan cara yang lebih ramah lingkungan?

Dampak Lingkungan dari Peternakan
Peternakan hewan, terutama sapi dan kambing, menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah signifikan. Emisi ini berasal dari:
- Gas metana hasil fermentasi dari perut hewan ruminansia
- Limbah kotoran yang mengandung metana dan dinitrogen oksida
- Distribusi hewan dan pakan dengan transportasi berbahan bakar fosil
Menurut laporan FAO tahun 2024, sektor peternakan global menyumbang antara 12–20% emisi gas rumah kaca dunia. Ini bukan angka kecil, dan dalam skala besar — seperti momen Idul Adha — kontribusinya tentu semakin meningkat.
Mengelola Qurban dengan Lebih Bijak
Mengurangi dampak lingkungan bukan berarti menghentikan ibadah qurban. Justru sebaliknya, ini adalah ajakan untuk melaksanakannya dengan lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Langkah-langkah berikut dapat membantu mewujudkan qurban yang lebih ramah lingkungan:
- Memilih hewan qurban lokal, untuk mengurangi jejak karbon dari transportasi jarak jauh.
- Menggunakan pakan hijauan alami, seperti rumput lokal yang tidak membutuhkan pupuk atau energi besar.
- Mengolah limbah kotoran menjadi kompos, agar tidak mencemari lingkungan.
- Mengolah daging qurban menjadi lauk beku, seperti rendang, semur, atau abon, agar tidak cepat basi dan menjangkau lebih banyak penerima manfaat.

Qurban yang Bertanggung Jawab, Lingkungan Tetap Terjaga
Umat Islam yang melaksanakan qurban secara ramah lingkungan menunjukkan kepedulian nyata terhadap bumi untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Selain itu, dengan mengelola qurban dengan baik, masyarakat ikut mendukung peternak lokal, mengurangi pemborosan, dan memperpanjang manfaat sosial dari daging qurban.
Laporan FAO tahun 2024 menegaskan bahwa sistem pangan yang berkelanjutan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan iklim. Dalam konteks ibadah, menjaga keberlanjutan juga sejalan dengan prinsip Islam sebagai agama yang menganjurkan keseimbangan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
📌 Kesimpulan
Ibadah qurban adalah wujud ketaatan dan kasih sayang terhadap sesama. Dengan menambahkan kepedulian terhadap lingkungan, qurban menjadi lebih bermakna—bukan hanya untuk manusia, tapi juga untuk bumi.