Haji adalah ibadah yang mensyaratkan kesehatan fisik dan kemampuan finansial (istitha’ah). Bagi umat Islam yang belum bisa menunaikan haji karena terkendala masalah kesehatan atau ekonomi, ada empat amalan yang pahalanya setara dengan pahala haji atau umrah. Amalan-amalan ini memberikan kesempatan bagi mereka yang belum mampu menunaikan ibadah haji untuk tetap meraih pahala yang besar. Dengan menjalankan amalan-amalan ini, seseorang bisa mendapatkan keberkahan dan ganjaran yang setara dengan mereka yang menunaikan haji atau umrah, meskipun secara fisik belum mampu melaksanakannya.
Namun, perlu ditekankan bahwa amalan-amalan ini tidak menggugurkan kewajiban seorang Muslim untuk menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. Kewajiban haji tetap berlaku bagi mereka yang sudah memenuhi syarat istitha‘ah, yaitu memiliki kemampuan fisik dan finansial. Oleh karena itu, bagi yang sudah mampu, menunaikan haji tetap menjadi keharusan. Adapun empat amalan yang pahalanya setara dengan haji atau umrah tersebut adalah sebagai berikut:
Niat yang tulus
Niat adalah landasan utama dari setiap amal ibadah; apapun bentuknya, niat menjadi penentu utama apakah amal tersebut diterima atau tidak. Contohnya, seseorang yang dengan ikhlas berniat untuk melaksanakan haji saat sudah mampu atau berniat untuk bersedekah ketika memiliki rezeki, akan menerima pahala haji atau sedekah tersebut di akhirat nanti. Ini berlaku meskipun selama hidupnya di dunia ia belum sempat melaksanakan ibadah tersebut. Sungguh Allah Ta’ala tidak akan membiarkan niat tulus yang datang dari seorang dalam hal ibadah dan amal. Allah Ta’ala menilai seseorang berdasarkan apa yang ada di hatinya dan apa yang diniatkannya.
Ahmad al-Hijazi menuturkan
“Dan diceritakan bahwa sesungguhnya pada hari kiamat nanti seseorang akan diberikan catatan amalnya. Kemudian dia mengambilnya dengan tangan kanan. Dia menemukan catatan haji, jihad dan sedekah yang tidak pernah dia lakukan. Kemudian dia berkata: Ini bukan catatan amalku. Aku tidak pernah melakukan semua itu. Lantas Allah SWT menjawab: Ini catatan amalmu. Karena sesungguhnya kamu hidup dalam umur yang panjang sedangkan kamu pernah berkata: Seandainya aku punya harta, aku akan berhaji dan sedekah dari harta tersebut. Kemudian aku tahu ketulusan niatmu dan aku berikan pahala semua untukmu.” (Ahmad al-Hijazi, Al-Majalis al-Saniyah fil Kalam alal Arbain Al-Nawawiyah, [Mesir: Maktabah al-Kastaliyah, 1278 H], halaman 11).
Sholat Berjamaah 5 waktu di Masjid
Amalan pertama adalah shalat berjamaah lima waktu di masjid, karena shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian. Selain mendapatkan pahala yang berlipat ganda hingga dua puluh tujuh kali, shalat berjamaah di masjid juga dapat memberikan pahala setara dengan ibadah haji jika dilakukan secara konsisten. Di sisi lain, seseorang yang melaksanakan shalat dhuha di masjid akan diberi pahala yang setara dengan pahala ibadah umrah.
Penjelasan ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah. Dalam hadits tersebut, disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara orang yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah,” (HR Abu Daud).
Berbakti pada orang tua
Kedudukan orang tua dalam ajaran Islam sangatlah tinggi di mata anak-anak mereka. Setelah mengutamakan ketaatan kepada Allah SWT, taat kepada orang tua menjadi kewajiban yang harus dipenuhi. Berbakti kepada orang tua memiliki nilai pahala yang tak terhingga. Bahkan, seorang anak yang dengan tulus mengorbankan keinginannya demi berbakti kepada orang tua akan dianugerahi pahala yang sebanding dengan ibadah haji dan umrah.
Abu Ya’la al-Maushuli meriwayatkan hadits :
“Dari Anas, ia berkata: ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW kemudian berkata: Sesungguhnya aku ingin berjihad namun aku tidak mampu. Rasulullah bersabda: Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih ada? Laki-laki itu menjawab: Ibuku. Rasulullah bersabda: Perbaikilah hubunganmu dengan Allah SWT dengan berbakti kepada ibumu. Ketika kamu telah melakukannya maka kamu adalah orang yang berhaji, umrah dan jihad. Ketika ibumu ridla kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan berbaktilah kepada ibumu”. (Abu Ya’la Al-Maushuli, Musnad Abu Ya’la Al-Maushuli, [Damaskus: Dar al-Ma’mun Lit Turats, 1989], Jilid V, halaman 150).
Sholat Isyraq 2 rakaat
Shalat isyraq adalah Shalat 2 rakaat ketika matahari setinggi tombak (15 menit setelah matahari terbit) atau disebut shalat Dhuha di awal waktu. Dimulai dengan shalat shubuh berjamaah di masjid, tidak pulang ke rumah tapi duduk dzikir, sampai matahari benar-benar terbit kemudian melaksanakan sholat isyraq maka pahalanya setara haji dan umrah dengan sempurna.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi).
Semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita dalam menjalankan amalan-amalan tersebut, dan semoga kita termasuk di antara hamba-Nya yang beruntung yang diberi kesempatan untuk mengunjungi tanah suci untuk melaksanakan ibadah umrah atau haji. Amiin.